Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Fomo dalam bahasa gaul. (Foto: Freepik)
MENGENAL arti kata Fomo dalam bahasa gaul. Sebuah istilah gaul baru yang sering digunakan oleh netizen di berbagai platform media sosial (medsos) seperti Instagram, TikTok, X atau Twitter, dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Fomo seringkali digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang sedang trending atau populer di masyarakat. Fomo juga digunakan untuk menggambarkan para selebgram, seleb internet dan juga sosialita yang selalu mengikuti perkembangan tren kekinian.
Lantas, apa sesungguhnya arti kata Fomo dalam bahasa gaul itu? Simak penjelasannya yang dikutip dari berbagai sumber, Jumat (6/10/2023).
Mengutip dari kamus Merriam Webster, Fomo merupakan kependekan dari fear of missing out. Fomo juga termasuk kata informal yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran tidak dilibatkan dalam sesuatu seperti aktivitas menarik atau menyenangkan yang dialami orang lain.
Sementara mengutip Cambridge Dictionary, Fomo atau fear of missing out merupakan perasaan khawatir akan melewatkan acara menarik yang akan dihadiri orang lain, terutama yang disebabkan oleh hal-hal yang dilihat di media sosial.
Sederhananya, arti kata Fomo dalam bahasa gaul adalah takut ketinggalan zaman atau kekhawatiran tidak mengikuti tren yang sedang ramai di medsos maupun masyarakat.
Menilik sejarahnya, Fomo ini mulai digunakan pada 2004. Pada tahun itu, kata seperti life hack, podcast, social media, dan belasan kata lainnya juga baru digunakan di tahun tersebut.
Sementara lawan kata dari Fomo ini adalah Jomo. Jomo merupakan singkatan dari joy of missing out. Arti dari kata Jomo adalah suatu kegembiraan yang dialami ketika tidak menghadiri acara yang menarik atau sedang tren.
Demikianlah informasi dan penjelasan mengenai arti kata Fomo dalam bahasa gaul, semoga artikel ini dapat mencerahkan para pembaca semua mengenai istilah-istilah gaul baru yang beredar di medsos.
TRIBUNBENGKULU.COM - FOMO merupakan singkatan dari "Fear of Missing Out," merupakan istilah yang sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan pengguna TikTok.
Kata ini berasal dari bahasa Inggris dan mencerminkan kecemasan atau rasa takut untuk ketinggalan sesuatu yang sedang tren atau populer di kalangan teman-teman atau masyarakat umum.
Dalam konteks bahasa gaul TikTok, FOMO menjadi semacam 'gejala sosial' yang merambah ke dalam kehidupan pengguna media sosial.
Para remaja dan anak muda seringkali merasa tertekan untuk ikut serta dalam tren atau challenge yang sedang viral demi menjaga reputasi atau citra diri di dunia maya.
Salah satu dampak dari FOMO di TikTok adalah terciptanya lingkungan yang sangat kompetitif.
Pengguna merasa perlu untuk selalu up-to-date dengan tren terbaru, berlomba-lomba menciptakan konten yang menarik perhatian, dan terus menerus memperbarui profil mereka agar tetap relevan di mata teman-teman virtual.
Baca juga: Arti Kata Effortless dalam Bahasa Gaul di TikTok, Bisa Bermakna Postif dan Negatif
Tren yang terus berubah di TikTok menciptakan tekanan psikologis bagi para penggunanya.
FOMO mendorong seseorang untuk terus-menerus memeriksa aplikasi dan mengikuti tren terbaru, kadang-kadang bahkan melebihi batas kesehatan mental.
Kemunculan FOMO juga memberikan peluang bagi para kreator konten untuk mendapatkan lebih banyak pengikut.
Mereka yang dapat menangkap tren dengan cepat dan menghasilkan konten yang relevan memiliki potensi untuk menjadi terkenal dalam waktu singkat.
Tak hanya membuat seseorang ingin selalu terlibat dalam setiap tren, FOMO juga dapat mengarah pada kebiasaan menghabiskan waktu yang tidak efisien di media sosial.
Pengguna TikTok sering kali merasa sulit untuk melepaskan diri dari layar ponsel mereka karena takut kehilangan momen-momen penting yang sedang viral.
Fenomena FOMO juga menggambarkan dinamika sosial yang unik di kalangan generasi muda.
Mereka tidak hanya berinteraksi secara langsung, tetapi juga secara virtual melalui komentar, duet, dan reaksi terhadap konten satu sama lain.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Penggunaan istilah FOMO belakangan ini ramai digunakan oleh para pengguna yang gemar dengan grup musik asal Korea Selatan alias fan Kpop.
Di Twitter, fan Kpop atau Kpoper menggunakan istilah FOMO untuk melabeli orang-orang umum (non-Kpoper) yang datang ke konser grup musik.
Tetapi tidak memahami bagaimana etika menonton konser menurut mereka.
Penggunaan istilah FOMO untuk melabeli orang-orang seperti itu bisa dilihat dari salah satu twit dari akun dengan handle @pancakeseung.
Akun tersebut memakai FOMO untuk melabeli orang yang datang ke konser musik Kpop, tetapi melakukan tindakan yang dianggap mengganggu seperti naik ke kursi penonton.
• Apa Itu Mastodon, Aplikasi Media Sosial Baru Yang Menyainggi Twitter
Selain untuk melabeli orang-orang non-fan yang dianggap mengganggu.
Istilah FOMO juga sempat beberapa hari terakhir ini digunakan untuk menuding seorang selebgram Rachel Venya karena dia datang ke konser Blackpink di Jakarta pada Minggu 12 Maret 2023.
Sebagian dari Anda mungkin juga sudah sempat melihat keramaian penggunaan istilah FOMO di Twitter belakangan ini.
Melihat keramaian penggunaan istilah ini, lantas sebenarnya apa yang dimaksud dengan FOMO?
Bila tertarik untuk mengetahui lebih lanjut, silakan simak penjelasan mengenai arti FOMO yang viral belakangan ini.
Arti FOMO yang viral belakangan ini di Twitter FOMO adalah salah satu bahasa gaul dalam bahasa Inggris.
Namun, dalam bahasa Inggris, FOMO bukan merupakan kata tunggal.
FOMO merupakan akronim atau singkatan dari “Fear of Missing Out”.
Secara harfiah, arti FOMO yang merupakan singkatan dari “Fear of Missing Out” adalah ketakutan atas kehilangan atau ketinggalan dalam sesuatu hal.
• Ini Fitur WhatsApp Yang Siap Meluncur Namun Mirip Dengn Punya Telegram
tirto.id - Di media sosial, sedang ramai istilah "FOMO Konser", hal ini berkaitan dengan beberapa selebgram yang dianggap FOMO konser Blackpink.
Warganet mencibir selebgram yang bukan fans Blackpink atau bukan pendengar Kpop tetapi ikut-ikutan nonton konser, bahkan membeli tiket paling mahal.
Mereka menganggap para selebgram ini FOMO konser. Apa itu FOMO konser dan mengapa FOMO berkaitan dengan media sosial?
FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out atau rasa takut ketinggalan. Ini adalah respons emosional terhadap ketakutan tidak bisa mengikuti tren atau sesuatu yang sedang berjalan.
FOMO sering menyebabkan perasaan tidak nyaman, ketidakpuasan, depresi dan stres. Maraknya media sosial telah meningkatkan prevalensi FOMO selama beberapa tahun terakhir.
FOMO disebabkan oleh perasaan cemas seputar gagasan bahwa pengalaman menarik atau peluang penting terlewatkan atau diambil.
Menurut Tech Target, FOMO dihasilkan oleh amigdala - bagian otak yang mendeteksi apakah sesuatu merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup atau tidak.
Bagian otak ini merasakan kesan ditinggalkan sebagai ancaman, menciptakan stres dan kecemasan. Seseorang akan lebih mungkin mengalami FOMO jika sudah sangat sensitif terhadap ancaman lingkungan.
Ini termasuk orang-orang yang bergumul dengan kecemasan sosial, perilaku obsesif atau kompulsif -- termasuk gangguan obsesif-kompulsif yang didiagnosis -- atau memiliki bentuk trauma emosional di masa lalu.
Ponsel cerdas dan media sosial telah meningkatkan terjadinya FOMO dengan menciptakan situasi di mana pengguna terus-menerus membandingkan kehidupan mereka dengan pengalaman ideal yang mereka lihat diposting secara online.
Aplikasi dan situs web seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan Snapchat memudahkan untuk melihat apa yang dilakukan orang lain.
Versi glamor kehidupan mereka yang disiarkan di fitur-fitur seperti Instagram Stories atau wall Facebook mengubah perasaan pengguna tentang apa yang normal dan membuat mereka berpikir bahwa mereka melakukan lebih buruk daripada rekan-rekan mereka.
Orang-orang melihat ke luar pada pengalaman orang lain daripada ke dalam pada hal-hal besar dalam hidup mereka.
Pemasaran FOMO telah muncul sebagai cara untuk membujuk konsumen membeli produk tertentu atau menghadiri acara.
Pemasaran FOMO memicu ketakutan pelanggan akan kehilangan untuk menginspirasi mereka mengambil tindakan. Beberapa strategi pemasaran FOMO meliputi:
Sementara pemasaran FOMO berhasil membuat orang membeli lebih banyak, hal itu berdampak negatif pada konsumen dengan memicu depresi dan kecemasan yang ditimbulkan oleh FOMO.
tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia PutsanraEditor: Addi M Idhom